Wednesday, February 24, 2021

SEJARAH MA BABUSSALAM

 

Sejarah Singkat Madrasah Aliyah Babussalam

  1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Babussalam

Untuk mengetahui Pendiri Pondok Pesantren Babussalam tidak beda lewatkan dengan aktifitas Da’wah penyebaran agama Islam didaerah tersebut. Disaat awal bangkitnya kesadaran Nasional untuk melawan penjajah dengan pejuangan yang teratur dan persatuan yang kokoh dalam bentuk organisasi, bangsa Indonesiatergugah hatinya, untuk merintis jalan kearah kemerdekaan seluruh bangsa dan rakyatnya. Hal ini dengan ditandai berbagai organisasi-organisasi Nasional, sehingga dikenal sebagai zaman perintis kurang lebih berkisar tahun (1908-1927 M). Bersamaan itu ada seorang tokoh agama dan pejuang melawan penjajah Belanda, tepatnya tahun 1919 M yang datang ke Kalibening untuk Ngiyai (istilah jawa) menyebarkan ajaran agama Islam didaerah tersebut, beliau adalah KH. RoFi’I yang berasal dari Popoh Sidoarjo Jawa Timur, beliau datang kedaerah ini tidak sendirian melainkan dengan seorang temannya yang berasal dari Medini kudus, tetapi sudah lama menjadi Kiyai di Pondok Pesantren Panji Sidoarjo Jawa Timur, teman beliau tersebut bernama KH. Dahlan Putra dari KH. Dasa. Saudara dari KH. Nawawi Kudus. KH. Dahlan selanjutnya berda’wah didaerah sebelah barat Mojoagung, tepatnya didaerah mancar Peterongan Jombang Jawa Timur. Konon karena kepandaiannya dibidang Ilmu agama beliau akhirnya diambil menantu oleh seorang janda yang babat daerah tersebut. Janda tersebut berasal dari Daerah serambi langu Bangkalan Madura Jatim yang bernama Nyi Mustari, dia adalah saudari KH. Abd Karim, Putra KH. Bandu (Tentara Aceh)

Nyi Mustari datang kedaerah ini konon masih berupa hutan belantara dengan putrinya dengan nama Aminah, yang selanjutnya dikawinkan dengan KH. Dahlan tersebut

Dari Perkawinan KH. Dahlan tersebut dikaruniai empat orang putra dan tiga orang putri, mereka adalah: Nahrowi (Meninggal pada Waktu masih kecil), Maksum, Mas’ud (setelah naik Haji berganti nama dengan H. Nur Syahid), dan Iskandar sedangkan putrinya adalah Aminah, Masfufah, dan Muslimah.

Dua orang putra dari empat putra KH. Dahlan tersebut disampaikan KH. Rofi’I yang sementara mengajarkan agama didusun Kalibening Mojoagung Jombang Jatim untuk belajar agama pada Kiyai tersebut. Dua bersaudara tersebut adalah Iskandar.Mas’ud karena ketekunan dan kesabaran yang dimiliki oleh Mas’ud sekalipun harus menerima cambuk dari KH. Rofi’I. (Karena KH. Rofi’I ini terkenal keras terhadap murid yang tidak bisa dan malas balajar) akhirnya Mas’ud diambil menantu oleh KH. Rofi’i.dengan dijodohkan Putrinya, yang bernama Musthofa, adik dari Kiai Moch. Ikhsan.

Setelah melangsungkan perkawinan dengan Nyai Musthofa, keduanya naik Haji dan Mas’ud berganti nama dengan KH. M. Nur Syahid. Arti perkawinan tersebut dikaruniai anak sebanyak sembilan orang, Yaitu: Moh. Shaleh, Moh. Romli, Khusni, Moh. Maslikhan, Moh. Ma’sum, Masrifah dan dua orang yang terakhir meninggal pada waktu kecil.

Setelah KH. Rofi’I meninggal anak menantunya yang bernama KH. M. Nur Syahid diserahi menggantikan fungsi ayahnya, untuk mengajarkan agama dirumah Kiyai dan dimasjid yang telah dibangun oleh KH. Rofi’I pada waktu itu. Studi ini diikuti oleh sebagian Masyarakat Kalibening dan sekitarnya, dan memiliki santri yang sangat banyak, karena KH. M. Nur Syahid disamping beliau ahli ilmu agama, juga ahli silat dan Ilmu perdukunan. KH. M. Nur Syahid beristri dua orang, disamping beristri dengan Hj. Nyai Musthofah, beristri pula dengan Shofiyah, Putri salah seorang masyarakat Kalibening dan dikaruniai Sembilan anak pula, mereka adalah: Anak pertama sampai dengan anak kelimanya meningal dunia. Sedang yang hidup adalah Ach. Baidlow, Abd Kholiq (setelah Mondok berganti nama dengan Moh. Yazid Nur), Maslakhah dan Siti Fatimah.

Pada tahun 1935 M, diantara putra-putra KH. Nur Syahid tersebut ada seorang anak yang sudah berpikiran maju, dia adalah Moh. Maslikhan yang minta izin kepada ayahnya agar berkenan menyekolahkan adiknya Moh. Yazid kesekolah Rakyat / SD (sekarang ini), tentu saja sang ayah tidak mengizinkan, karena itu pada tahun tersebut dibukalah Madrasah Islamiyah di Kalibening yang pertama kali. Karena pada tahun itu negara kita masih belum merdeka maka Madrasah ini dibubarkan oleh belanda yang pada waktu itu menjajahIndonesia. Namun studi weton dan sorogan masih berjalan terus yang berlangsung dimasjid.

Pada tahun 1938 M. Sesudah dibubarkan, Madrasah tersebut dirintis kembali, namun juga mengalami nasib yang sama karena saat itu Belanda masih berkuasa di Indonesia, setelah Madrasah tersebut mengalami kegagalan kedua kalinya, maka Moh. Maslikhan memutuskan untuk menambah Ilmu pengetahuannya di Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Jombang Jawa Timur, selama 7 tahun. Sekembalinya Moh. Maslikhan dari Pondok Pesantren Darul ‘Ulum, adalah harapan baru bagi masyarakat Kalibening untuk mampu mewujudkan kembali Madrasah tersebut, yang pernah didirikan maka tepatnya tanggal 11 September 1947, didirikan kembali Madrasah tersebut. Dasar Filosofis dipilihnya tanggal bulan dan tahun tersebut untuk merintis kembali setelah dua kali mengalami kegagalan, mencari tanggal bulan dan tahun yang memiliki angka yang sama yakni 11 – 11 – 1947 dua angka terakhir, yakni tahun 1947 jika dijumlahkan hasilnya juga 11, sehingga Madrasah tersebut akan tetap mengalami kesuksesan dan dapat berjalan dengan terus.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdirinya Madrasah secara intensif sampai kini adalah dimulai pada tanggal 11 September 1947, akan tetapi pengajian weton dan sorogan telah ada jauh sebelum itu.

Pada tahun 1960 KH. Nur Syahid meninggal dunia, dan segala aktifitas pengajian dan Madrasah diserahkan sepenuhnya kepada putranya (Moh. Maslikhan), maka pada tahun 1965 oleh Moh. Maslikhan lembaga pendidikan tersebut ditambah dengan didirikannya Taman Kanak-Kanak yang diajarkan oleh Istri Bapak Moh. Maslikhan sendiri yang bertempat dirumah Almarhum KH. Nur Syahid.

Pada tahun 1966 M. datang seorang guru swasta yang mengajar dimadrasah tersebut, ia datang dari daerah Catak Gayam, + 6 km dari Madrasah Islamiyah, sambil menjadi guru ia yantri kepada Bapak Moh. Maslikhan dan menetap dikamar sebuah mikhrob Masjid.

Dalam kesempatan inilah ia selalu mengajak kepada anak didiknya untuk menambah ilmu agama yang lebih luas lagi lewat mengaji kepada Kiai dan berhasil, bagi yang perempuan bertempat dirumah Kiyai M. Yazid Nur sedang yang laki-laki ditampung dimasjid. Hal ini berjalan lima tahun, mulai dari tahun 1966 s / d 1970 M. Dipenghujung tahun 1970 datang seorang santri dari Pekalongan bernama Ali Fuddin, kemudian menyusul lima orang santri lainnya dari Kudus Jawa Tengah. Dengan menambahkan enam orang santri tersebut, untuk sementara ditampung di satu kamar rumah Bapak Moh. Maslikhan, dalam kondisi seperti inilah tergugah hati Bapak Moh. Maslikhan dan Bapak Moh. Yazid Nur untuk mengumpulkan tokoh masyarakat dan perangkat Ds. Tanggalrejo Kec. Mojoagung Kab. Jombang, diajak memecahkan masalah tersebut.

Dalam pertemuan pertama kali yang diadakan oleh Kiyai dengan Tokoh Masyarakat untuk membahas sasaran pendidikan yang berupa pemukiman untuk santri, akhirnya dalam pertemuan tersebut meraka sepakat untuk mendirikan Pemondokan yang berupa geladak yang terdiri dari tiga kamar (Kamar kecil yang berukuran 3 x 3) yang ditempatkan disebelah selatan rumah Bapak Moh. Maslikhan.

Dengan didirikannya bangunan tersebut santri selalu bertambah banyak, maka secara resmi didirikanlah Pondok Pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren “Babussalam” pada tanggal 24 April 1971 M, dengan dihadiri oleh tokoh masyarakat, Kepala Desa beserta Pamongnya (Perangkat Desa) yang diresmikan oleh Pemerintah dalam hal ini adalah Kepala Kantor Urusan Agama Kec. Mojoagung Kab. Jombang yaitu Bapak A. A. Syibani.

  1. Tahap-Tahap Perkembangan Pondok Pesantren Babussalam

Setelah Pondok Pesantren Babussalam resmi didirikan. Semua kegiatan diserahkan sepenuhnya oleh Bapak Moh.Maslikhan kepada adiknya yang bernama M. Yazid Nur, karena ia harus menggantikan fungsi mertuanya untuk mengajar mengaji (Ngiyai) didaerah Waru Gunung Mojokerto Jawa Timur, suatu daerah yang masih awam tentang Islam.

Dalam rangka memperingati ulang tahunnya ke-27 Madrasah Ibtidaiyah, tepatnya tanggal 11 Nopember 1974 M, yakni waktu yang sama dengan didirikannya MI tersebut dibukalah Madrasah Tsanawiyah Babussalam, untuk menampung lulusan Madrasah Ibtidaiyah yang setiap tahunnya bertambah sekaligus memberi kesempatan santri yang ingin memasuki perdidikan format pada tingkat tersebut.

Untuk memberikan Fasilitas yang cukup baik dipugarlah rumah Bapak K. Moh. Maslikhan menjadi tiga kamar yang berukuran 4 x 3 tiap-tiap kamarnya, menjadi tiga kamar yang diperbaiki oleh Masyarakat bersama-sama dengan santri. Kemudian dipugarlah bangunan bambu yang merupakan bangunan pondok Pertama kali tersebut.

Dari tahun ketahun kwantitas santri semakin bertambah banyak, sementara lulusan Madrasah Ibtidaiyah tidak bisa melanjutkan ketingkat menengah, karena Biaya yang kurang mendukung dan jauhnya tempat pedidikan yang setingkat lebih tinggi. Maka Madrasah Tsanawiyah yang dikelolah oleh Pondok Pesantren Babussalam ini mendapat dukungan dan sambutan positif dari masyarakat khususnya Ds. Tanggalrejo dan Umumnya bagi umat Islam Kec. Mojoagung.

Dalam perkembangan lebih lanjut Pondok Pesantren Babussalam tidak saja mengadakan pendidikan weton dan sorogan, disamping Madrasah, diselenggarakan pula Pendidikan Tahfidhul Qur’an, yang diasuh oleh K. M. Shofari Rahman menantu KH. Yazid Nur.

Disamping itu pula untuk menjaga mutu lulusan Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah yang hanya menerima pendidkan agama 30% tersebut (Kurikulum Depag) maka pendidikan agama diberikan tambahan melalui Madrasah Diniyah yang diselenggarakan pada malam hari, sesudah sholat maghrib. Madrasaha Diniyah ini juga sebagai Madrasah persiapan bagi santri yang akan mengikuti pengajian weton dan sorogan.

  1. Perkembangan Pondok Pesantren Babussalam Pada Masa Sekarang

Sejak didirikan Pondok Pesantren Babussalam ini pada tahun 1971, perkembangan pendidikan dan sarana / fasilitas semakin bertambah pesat, yang tidak mau kalah dengan perkebangan zaman pada masa sekarang ini, sejak tahun 1965 s / d 1975 Lembaga pendidikan ini dapat menyelenggarakan berbagai macam Unit Pendidikan, baik Non Formal seperti Tahfidhul Qur’an, Madrasah Diniyah, Pengajian Weton dan Sorogan, atau Formal seperti: TK, MI, MTs.

Disamping beberapa macam Unit pendidikan tadi, lembaga pendidikan ini masih dirasakan kurang sempurna kalau belum adanya pendidikan yang lebih tinggi lagi Seperti: SMU / MA dan Perguruan Tinggi / Universitas, ini yang menjadikan ganjalan pada semua para Dewan pengasuh dan Dewan Asatidz. Tahun demi tahun dilalui dengan begitu saja, akhirnya pada saat lain muncullah kembali cita-cita ingin mendirikan pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu SMU / MA. Tepatnya pada tanggal: 17 Romadlon 1417 H / 25 Januari 1997 M berdirilah MA (Madrasah Aliyah) setingkat SMU, yang untuk menampung lulusan dari Madrasah Tsanawiyah, yang Kepala Sekolahnya dipimpin oleh menantu KH. M. Yazid Nur dari daerahKediri beliau adalah KH. Muhadjirin, M.Pd.I.

Sejak itulah Pondok Pesantren Babussalam lebih diperkuat lagi, yaitu dengan memperkuat kembali Pengurus Yayasan Pon. Pes. Babussalam guna mencentralisasi semua bentuk kegiatan, baik yang berkenaan dengan Keuangan atau Pendidikan disemua aspek kegiatan di Pondok Pesantren Babussalam,

Mulai itu pula kegiatan Pondok Pesantren Babussalam dipegang sepenuhnya oleh Pengurus Yayasan Pon. Pes.Babussalam, agar kegiatan pengajian di Pondok lebih berkembang dan lebih berkualitas, biar tidak campur dengan kegiatan formalnya. Dan sejak itu pula lembaga Pendidikan ini dinamakan dengan lembaga Pendidikan “YAYASAN PONDOK PESANTREN BABUSSALAM” yang mengelola atau mencentral semua kegiatan Pendidikan dilembaga ini mulai dari yang Non Formal seperti Tahfidhul Qur an, Madrasah Diniyah, Jam’iyatul Qurro ‘Wal Huffadz, Pengajian Kitab Kuning (Sorogan dan weton) dan TPQ, dan yang Formal Seperti: Taman Kanak-kanak (TK / RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).

Hari demi hari perkembangan pendidikan ini berkembang semakin pesat, baik Fasilitas atau kwalitasnya. Kata Pepatah “Maksud hati ingin rasanya memeluk gunung tapi apalah daya tangan tak sampai” kondisi ini membuat kita cemas, karena sejak putra-putri KH. M. Yazid Nur berkumpul semua ikut membantu beban dia, keadan / Kesehatan KH. M. Yazid Nur semakin berkurang, semua kegiatan yang semula beliau tangani sendiri, kini ia limpahkan kepada putra-putrinya, karena keadaanlah yang tidak memungkinkan, akan tetapi kesemangatan beliau tetap berkobar-kobar, rasanya ingin sekali mendampingi putra-putrinya dalam melaksanakan Amanat besar dari Allah SWT , untuk malanjutkan terus Perjuangannya, tapi apalah daya, Taqdir tidak bisa kita elak kembali, Kesehatan beliau sejak lima tahun belakangan ini, selalu menghalangi kegiatan beliau, namun beliau terima dengan sabar dan Tawakkal, dan keadan ini semakin hari semakin Kritis, inilah yang menyusahkan Semua para santri dan Lapisan Masyarakat sekitar, terutama pada Putra-Putrinya, seandainya Dia tidak ada, rasanya putra-putri beliau dan segenap para santri dan lapisan Masyarakat belum siap untuk ditinggalkan, tapi apalah kata kita, Tuhanlah yang menentukan semua ini, akhirnya tepatnya pada hari Rabu Wage tanggal 14 Maret 2001 M / 18 Dzul Hijjah 1421 H.  Alloh telah memanggil KH. M. Yazid Nur , untuk mengahadap Ilahi, dengan meninggalkan satu istri dan empat anak, dua orang Putra, yaitu: KH.M.Salmanuddin, S.Ag dan KH. Sa’durrohim, S.PdI, dan dua orang putri, yaitu: Hj.Nurul Yatimah Yazid dan H.Nurul Yaminah Yazid dan empat menantu yaitu: KH. M Shofari Rohman, KH.Muhadjirin,M.Pd.I, Hj.Ema Ervina dan Hj.Siti Maslikhah.

Sejak sepeninggal beliau, keadan berubah total yang semua terang seperti adanya cahaya pada bulan purnama, tapi setelah sepeninggalnya dia, kondisi sepertinya tidak ada cahaya secuilpun, inilah yang kita pikirkan bersama? Siapa yang akan menggantikan peran beliau, akhirnya dari keempat putra-putri dan menatu beliau, Musyawarah untuk memecahkan siapakah yang akan menggantikan beliau, akhirnya keempat putra-putri beliau sepakat kalau membagi tugas semua amanat yang ia tinggalkan, dan melanjutkan perjuangan Beliau, agar cahaya Deskripsi dimasyarakat Kalibening dan sekitarnya semakin terang, pembagian tugas tersebut antara lain:

  1. KH. M Shofari Rohman Al-Hafidz untuk terus melanjutkan bimbingannya pada santri Tahfidzul Qur an. Dan beliau inilah yang dipondok diakui sebagai sesepuh Pondok Pesantren Babussalam.
  2. KH.M.Salmanuddin, S.Ag  untuk menggantikan peran beliau dipendidikan formalnya dan mencentral semua kegiatan Pondok Pesantren Babussalam baik yang berkenaan dengan Pendidikan atau Sarana Prasarana.
  3. KH.Sa’durrohim, S.PdI untuk menggantikan peran beliau dalam bidang Kepondokan dan penanganan pengajian kitab (baik sorogan atau Weton)
  4. KH.Muhadjirin, M.Pd.I. untuk meneruskan perjuangan beliau khusus untuk memperkuat keberadaan Madarasah Aliyah yang baru saja berdiri dan kemudian ditinggalkan beliau

Dari Kempat Putra dan menantu inilah yang memperkuat dan meneruskan perjuangan beliau dengan dibantu oleh Tokoh-tokoh Masyarakat seperti: KM. Abd Muntholib yang sampai sekarang menjabat sebagai ketua Yayasan, K. Masrukhin yang aktif dari sejak ia ada sampai ditinggalkanpun beliau aktif membantu diperdidikan formal yang sampai sekarang sebagai Kepala MI.Babussalam, yang memberikan pengajian kitab kuning kepada para santri, Drs. Nur Slamet dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang tidak bisa kami (Penulis) sebut / rinci satu persatu.

Sejak itulah Yayasan Pondok Pesantren Babussalam semakin hari semakin maju dan berkualitas baik Pendidikannya atau prasarananya, itupun belum seberapa, belum lama ditinggalkanAl-Mahgfurlah KH. M. Yazid Nur, satu tahun kemudian disusul oleh kakaknya yang bernama KH. Maslikhan yang menetap didaerah Waru Gunung Jetis Mojokerto Jatim. Untuk mengahadap Alloh SWT, tepatnya pada hari Selasa Pahing, tanggal 01 Januari 2002/17 Syawal 1422 H. bertepatan dengan tahun baru M. pada hari inilah KH. Maslikhan kakak dari KH. M.Yazid Nur dipanggil oleh Alloh SWT.

Mulai itu pula Aktifitas Pondok Pesantren Babussalam lebih diperkuat kembali, kalau dulu sebelum putra-putri KH.M. Yazid Nur ada, semua kegiatan diatur oleh KH. Maslikhan, setelah KH. Maslikhan pergi dari Kalibening untuk Hijrah kedesa mertuanya dan berjuang disana, semua kegiatan, dipegang sepenuhnya oleh adiknya yaitu KH. M. Yazid Nur, setelah ditinggalkan oleh keduanya, kini lembaga Pendidikan Yayasan Pondok Pesantren Babussalam dipegang oleh Putra-putri dan menantu KH. Yazid Nur.

Lokasi MA. Babussalam

Madrasah Aliyah Babussalam di dalam naungan Yayasan Pondok Pesantren ini diberi nama dengan nama Pondok Pesantren Babussalam yang diambil dari kata bahasa arab “Baabun” yang berarti pintu dan” Assalam’ yang berarti kedamaian atau keamanan. Hal ini barang kali karena pondok ini berada dipintu gerbang dusun Kalibening sebelah timur, yang dekat dengan Pendopo Agung Kerajaan Mojopahit, lebih kurang berjarak 5 Km, tepatnya terletak didaerah Kalibening Tulung Sari Jl. KH. Nur Syahid yang termasuk wilayah Ds. Tanggalrejo Kec.Mojoagung Kab. Jombang Jatim, 2 Km. Sebelah tenggara kantor Desa Tanggalrejo dan 3 Km dariKota Kec. Mojoagung.